Cursor

godong

Sabtu, 13 Juli 2013

SAWITRI sang mask dance maestro

SANG MAESTRO TARI TOPENG CIREBON gaya LOSARI


" SAWITRI " Maestro Kebanggaanku,...

Baginya Kematian bukan hal yg paling Beliau takuti. Bersanding dengan Maut adalah bagian Akhir dari perjalananya menyelami dunia Tari yg digelutinya sejak masih gadis. "Tidak ada yg lebih menarik dari hidup ini selain MENARI", begitu Tegasnya pada satu ketika saat beliau terbaring di RS. Ciremai.
...Pagi buta, ketika orang" masih sembab terlelap, suntuk semalaman menunggui emak Sawitri. Mak iti (begitu Biasa Beliau di panggil) ditengah sakit yg di deritanya nampak kecantikan yg luar biasa di usia tuanya. Matanya ibarat Telaga, terpancar lewat kebeningan bola mata yg tenang menatap mata hari yg mulai tersembul, seakan menatap masa depan dirinya. Semakin naik sang mentari menampakan dirinya, semakin sendu bola mata itu, semakin jelas yg terlihat adalah buliran air mata.
Kesedihan tak bisa mengelabuhi siratan mendung kerut" wajah cantiknya. Delapan Sembilan sudah masa lalunya bergulir mengalirkan sejuta cerita dan harapan baru. Harapan bagi sebuah proses dan ide buat bangsa ini. Atas keuletanya, atas ketahananya, atas keteguhanya atas segala kesetiaanya menjalankan misinya mengemban tugas membudayakan kesenian tari topeng (Tari Topeng Cirebon Gaya Losari) dari leluhurnya.
Seakan akan Beliau mencontohkan sebuah keadaan, atas kondisi peradaban yg telah berbalik. Ketika anak muda sudah kurang tertarik lagi menghargai kebudayaan tradisional. Ketika Pemerintah sudah tidak bisa berakhir lagi pada moral sejarah. Ketika Kesetiaan pada hidup di negeri ini sudah melenceng dari tempatnya. Ketika Hati Nurani sudah berpaling pada kekuasaan dan harta. Semangat Emak Sawitri untuk terus hidup mempertahankan amanatnya Menghidupkan Tari Topeng Losari tidak pernah terputus oleh Glamour keadaan yg ditawarkan Jaman ini.
Air Mata....Ya,...Air mata yg tertangkap dari pergumulan fikirnya. Kalaupun boleh tawar menawar dengan para Malaikat, tentu Beliau akan meminta " Tunggulah Sebelum Tugasku Selesai ",.
Masih teringat jelas, ketidak ikhlasan itu terdengar dari tuturnya yg tersendat sendat pada suatu malam di pembaringan sakitnya. Ia Mendambakan seorang Pewaris penerus perjuangan nasib dari kesenian Tari yg dulu Beliau Rintis dengan darah dan air Mata bersama saudara saudaranya. Kini beliau hanya tinggal seorang tersisa, dari The Three Musketters, Mak Dewi dan Kyai Kocap. Kedua Kakaknya yg dulu bahu membahu menghidupkan harmoni mengalirnya tari Topeng losari. Di tengah derasya arus modern yg terpampang nyata mengikis laju kesenian tradisional.
Ketika dalam Sakitnya, beliau masih ingin menggerakan tanganya, beliau masih ingin menendangkan sampurnya, Beliau masih ingin bersendawa dengan irama gamelan. Bercengkerama dengan para penabuh gamelan lainya membuat suatu keindahan abadi. Bersama cita" dan keinginan yg terus di kikis ombak perubahan jaman.
Isyarat tubuhnya menandakan kebandelan tekadnya. Rasa sakit hanya sebuah simbol baginya, bahwa manusia itu harus di uji dengan rasa sakit. Tapi semangatnya adalah Pualam, Beliau tidak merasa jera walaupun kenyataan telah berkali kali Menipunya. Barangkali Semangatnya itu yg ingin Pula Beliau ucapkan " Aku Ingin Hidup Seribu Tahun Lagi,..",. Biar tuntas sudah amanat itu di jalankan.
Kini nama EMAK SAWITRI telah terukir bersatu dengan tanah Beliau telah berpulang 12 Juni 1999.
Beliau yg terakhir menyusul dari Sepuluh Bersaudara yg kini semua sudah kembali dengan tanah. Air Matanya itu adalah isyarat. Kepergianya yg meratapi sesuatu tanpa pernah Beliau dapatkan Jawabnya,. Di antara yg ada, Para Cucu dan Murid-muridnya, Beliau sempat gulirkan air mata itu. Sebagai peringatan menjalankan amanat itu sungguh bukan hal yg gampang. Beliau harus menjelma menjadi batu karang, Beliau harus berseteru dengan tawaran kemewahan dan kemapanan, "Akankah Engkau Masih Ada yg Tahan atas Semua ini GENERASIKU,...???" Begitulah kira" kata" untuk menerjemahkan air mata itu,...


",...Catatanku untuk Seorang Maestro Besar,...Emak sekaligus Guru Buatku,...Semoga ini bisa menjadi Kenangan dan bahwa "Menjaga dan Melestarikan Ibarat Karang yg di terjang Ombak Lautan,...Meski terus terkikis tetapi tetap akan selalu Kokoh Berdiri mempertahankan Akar dan Tonggaknya,...",...
Kami Semua Mencintaimu dan Akan Selalu menjaga Apa yg Menjadi Amanatmu,,"




© Copyright :: pegy WongCirebon Jehh (facebook)
Writen By :: jiie'a (facebook)